Bandung Berisik III
Gor Saparua, 7 April 2002
Era akhir 1990an dan awal 2000an pergelaran-pergelaran musik di Bandung semakin ramai, namun sayang tidak diiringi oleh pengembangan kualitas pertunjukan.Panggung secara kualitas tidak dijaga, baik dalam manajemen panggung, maupun kualitas tata suara yang terkesan disamaratakan, yang akibatnya, performa band-band secara umum di Bandung ikut turun.Kualitas pelayanan pada penonton yang hanya disuguhi penampilan band yang biasa saja, dekorasi panggung yang seadanya dan faktor kenyamanan dan keamanan yang tidak diperhatikan secara serius juga sangat tidak mendidik komunitas.Tipikal pergelaran musik juga masih mengutamakan kuantitas daripada kualitas band.Rata-rata acara menampilkan band diatas 15 band bahkan sampai 30 band hingga acara menjadi monoton dan membosankan.
Karena itulah, Ujungberung Rebels mengikrarkan komitmen untuk menggelar Bandung Berisik yang sama sekali beda dengan pergelaran secara umum. Munculnya generasi muda musik bawahtanah juga meneguhkan komitmen akan kesadaran dokumentasi di kalangan Ujungberung Rebels. Dokumentasi yang tak hanya disimpan tapi juga ditamplkan. Karena itulah, BB III kemudian dipersiapkans ebagai pergelaran sekaligus pemutaran dokumentasi band-band yang tampil di acara ini. BB III juga menampilkan sedikit band, hanya dua belas band yang tampil sehingga dengan demikian, tiap band mampu tampil secara maksimal. Konsep panggungnya dibuat menyerupai ring tarung bebas, lengkap dengan ram kawat yang memagari panggung. Suntikan dana, terutama datang dari trio Mbie, Firman Napi Records, dan Arin.
Untuk film dokumenter, Addy Gembel mempercayakan penggarapannya kepada Lela dan kawan-kawan.Film diputar selama pergelaran berlangsung.Acara berjalan lancar dan semakin siang, penonton semakin banyak memadati.Data terakhir jumlah penonton yang hadir pada saat itu mencapai 10.000 penonton.Padahal kapasitas GOR Saparua hanya dapat menampung 5000 penonton.Terjadi penumpukan penonton di luar GOR Saparua yang berakibat timbulnya berbagai macam kerawanan.Sempat terjadi aksi keributan yang melibatkan penonton yang memaksa masuk dengan cara menjebol pintu samping dengan barisan keamanan Baby Riot War Machine Squad.Beberapa orang dari pihak Baby Riot War Machine Squad bahkan mengalami luka-luka akibat aksi pengeroyokan dan pelemparan yang dilakukan oleh penonton.
Walau secara keseluruhan pertujukan di panggung lancar, namun tak urung akibat sesaknya penonton dalam GOR Saparua, mengakibatkan banyak penonton yang pingsan selama jalannya acara.Data penonton yang pingsan mencapai 200 orang sepanjang pertunjukan, ditambah lagi banyaknya fenomena penonton yang kerasukan atau kesurupan.Satu orang penonton mengalami cedera serius hingga harus dievakuasi ke rumah sakit. Acara ini juga menjadi panggung terakhir bagi band Sacrilegious sebelum mereka menyatakan diri bubar.
Bandung Berisik III mendulang sukses. Namun demikian ada beberapa poin penting yang ditandai anak-anak Ujungberung Rebels sebagai kendala-kendala utama yang menghambat proses produksi Bandung Berisik III. Berbelitnya jalur birokrasi perijinan GOR Saparua akibat sengketa kepemilikan lahan menjadi faktor utama.Panitia dipingpong antara Pemkot, Pemrov dan tentara.Aksi percaloan tiket dan premanisme juga tak kalah mengganggu panitia dalam mengatur arus penonton.Selama acara berlangsung terasa betul jika kapasitas dan keamanan GOR Saparua yang sudah tidak layak lagi dipakai sebagai gedung pertunjukan musik.Namun demikian, di balik semua kendala tersebut, Bandung Berisik III mendulang sukses besar.Dua hal yang dijadikan parameter adalah dapat dikembalikannya uang para investor sesuai perjanjian dan berakhirnya acara dengan aman dan tidak terjadi hal-hal yang menimbulkan kerawanan.
Karena itulah, Ujungberung Rebels mengikrarkan komitmen untuk menggelar Bandung Berisik yang sama sekali beda dengan pergelaran secara umum. Munculnya generasi muda musik bawahtanah juga meneguhkan komitmen akan kesadaran dokumentasi di kalangan Ujungberung Rebels. Dokumentasi yang tak hanya disimpan tapi juga ditamplkan. Karena itulah, BB III kemudian dipersiapkans ebagai pergelaran sekaligus pemutaran dokumentasi band-band yang tampil di acara ini. BB III juga menampilkan sedikit band, hanya dua belas band yang tampil sehingga dengan demikian, tiap band mampu tampil secara maksimal. Konsep panggungnya dibuat menyerupai ring tarung bebas, lengkap dengan ram kawat yang memagari panggung. Suntikan dana, terutama datang dari trio Mbie, Firman Napi Records, dan Arin.
Untuk film dokumenter, Addy Gembel mempercayakan penggarapannya kepada Lela dan kawan-kawan.Film diputar selama pergelaran berlangsung.Acara berjalan lancar dan semakin siang, penonton semakin banyak memadati.Data terakhir jumlah penonton yang hadir pada saat itu mencapai 10.000 penonton.Padahal kapasitas GOR Saparua hanya dapat menampung 5000 penonton.Terjadi penumpukan penonton di luar GOR Saparua yang berakibat timbulnya berbagai macam kerawanan.Sempat terjadi aksi keributan yang melibatkan penonton yang memaksa masuk dengan cara menjebol pintu samping dengan barisan keamanan Baby Riot War Machine Squad.Beberapa orang dari pihak Baby Riot War Machine Squad bahkan mengalami luka-luka akibat aksi pengeroyokan dan pelemparan yang dilakukan oleh penonton.
Walau secara keseluruhan pertujukan di panggung lancar, namun tak urung akibat sesaknya penonton dalam GOR Saparua, mengakibatkan banyak penonton yang pingsan selama jalannya acara.Data penonton yang pingsan mencapai 200 orang sepanjang pertunjukan, ditambah lagi banyaknya fenomena penonton yang kerasukan atau kesurupan.Satu orang penonton mengalami cedera serius hingga harus dievakuasi ke rumah sakit. Acara ini juga menjadi panggung terakhir bagi band Sacrilegious sebelum mereka menyatakan diri bubar.
Bandung Berisik III mendulang sukses. Namun demikian ada beberapa poin penting yang ditandai anak-anak Ujungberung Rebels sebagai kendala-kendala utama yang menghambat proses produksi Bandung Berisik III. Berbelitnya jalur birokrasi perijinan GOR Saparua akibat sengketa kepemilikan lahan menjadi faktor utama.Panitia dipingpong antara Pemkot, Pemrov dan tentara.Aksi percaloan tiket dan premanisme juga tak kalah mengganggu panitia dalam mengatur arus penonton.Selama acara berlangsung terasa betul jika kapasitas dan keamanan GOR Saparua yang sudah tidak layak lagi dipakai sebagai gedung pertunjukan musik.Namun demikian, di balik semua kendala tersebut, Bandung Berisik III mendulang sukses besar.Dua hal yang dijadikan parameter adalah dapat dikembalikannya uang para investor sesuai perjanjian dan berakhirnya acara dengan aman dan tidak terjadi hal-hal yang menimbulkan kerawanan.
bandungberisik.com
0 komentar:
Post a Comment