Thursday, March 20, 2014

Mengenang Konser Musik Rock Terbesar di Tanah Air, Deep Purple

    Konser musik rock terbesar yang bakal kita bahas di sini adalah konser dengan jenis musik rock n’ roll, metal, punk, dan atau musik keras lainnya dengan jumlah penonton terbanyak dan belum ada yang memecahkan lagi di Tanah Air, Indonesia. Majalah Aktuil dan Peter Basuki dari Buena Ventura Group yang bertindak sebagai promotor dengan digawangi oleh jaringan Denny Sabri (wafat 29 November 2003 di Bandung). Beliau adalah orang yang sangat dekat dengan lingkaran dalam Deep Purple, mulai dari tingkat Manajement, raod crew hingga para personelnya ia kenal sejak lama sebelumnya. 

Majalah Aktuil dan Peter Basuki dari Buena Ventura Group

    Untuk bisa menyaksikan Deep Purple, promotor membagi lima kelas penonton. Kelas VIP A dengan harga tiket Rp 7.000, VIP B seharga Rp 5.000 serta kelas I, II dan III, dengan harga tiket paling murah berada di kelas III dengan seharga Rp 1.000.

Flayer Deep Purple Live in Senayan, Jakarata 1975

     Tidak banyak orang yg masih ingat, bahwa konser rock terbesar pertama di Indonesia, adalah konser grup rock raksasa Deep Purple di Jakarta tahun 1975. Bayangkan anak muda penggemar musik rock di jaman itu. Tidak ada channel tv kabel, tidak ada Youtube, tidak ada Facebook dan Twitter tempat berinteraksi nya sesama fans, bahkan referensi majalah yg sangat terbatas jumlahnya. Mereka hanya bisa memandangi poster grup rock favoritnya, dan membayangkan mereka bergerak, meloncat diatas panggung, dan memainkan gitar mautnya. Hanya membayangkan mereka hidup, tidak ada Youtube.

    Setelah Ritchie Blackmore hengkang dari Deep Purple pada bulan April 1975 dan digantikan Tommy Bolin, mantan gitaris James Gang, maka resmi terbentuklah Deep Purple MK IV yang terdiri dari David Coverdale [vocal], Glen Hughes [bass], Tommy Bolin [gitar], Jon Lord [keyboards] dan Ian Paice [drums]. Formasi ini bulan Agustus 1975 terbang ke Munich, Jerman selama sebulan untuk merekam album ke sepuluh yang bertitel Come Taste The Band. Album yang dirilis Oktober 1975 ini kemudian disusul dengan tur konser keliling dunia sebagai promosi. Tur yang dimulai dari Royal Albert Hall, London, Inggris pada 16 Oktober 1975 kemudian berlanjut dengan konser pemanasan di Hawaii, Amerika Serikat. Setelah itu Deep Purple terbang down under untuk berkonser di Selandia Baru dan Australia.

Deep Purple MK IV

    Sebuah sejarah baru bagi dunia showbiz Indonesia akhirnya ditoreh pada tanggal 4 dan 5 Desember 1975 ketika supergrup Inggris ini menyempatkan diri untuk menggelar konser di Stadion Utama Senayan, Jakarta. Orang yang paling berjasa mendatangkan Deep Purple adalah almarhum Denny Sabri (wafat 29 November 2003 di Bandung), seorang jurnalis musik berpengaruh yang saat itu bekerja untuk Majalah Aktuil dan sempat sukses mengorbitkan Nicky Astria, Meriam Bellina, Nafa Urbach dan Nike Ardilla. Aktuil merupakan majalah yang terbit sejak tahun 1967 di Bandung dengan tiras seratus ribu eksemplar tiap bulannya, sebagian besar liputannya adalah musik. Sabri adalah orang yang sangat dekat dengan lingkaran dalam Deep Purple, mulai dari tingkat manajemen, road crew hingga para personelnya telah ia kenal sejak lama sebelumnya. Yang tak banyak diketahui anak muda sekarang, keberhasilannya memboyong Deep Purple ternyata memiliki cerita yang sangat panjang.

    Menurut buku 10 Tokoh Showbiz Musik Indonesia (Seno M. Hardjo, Hilman, Denny MR/Gramedia 1991), Denny Sabri pertama kali menyaksikan konser Deep Purple di Hamburg, Jerman pada tahun 1970 dan segera menjadi penggemar berat mereka setelahnya. Sebagai jurnalis yang terkenal gigih dan ulet dalam menembus narasumber, Denny Sabri setahun kemudian akhirnya berhasil berkenalan dengan Bruce Payne, manajer band Deep Purple dan menjalin hubungan baik dengannya. Bruce bahkan sering mengajak Denny untuk ikut tur konser dan terbang bersama pesawat Deep Purple.

    Selain ikut tur ia juga kerap diundang menyaksikan latihan rutin band ini di sebuah hanggar pesawat yang kabarnya juga sering digunakan Led Zeppelin. Jika mereka tengah rehat latihan ia terbiasa mengobrol dengan para personel Deep Purple, khususnya idola utamanya, gitaris Ritchie Blackmore. Pendiri Deep Purple ini kerap menanyakan dimana letak Indonesia. “Apakah Indonesia adalah nama lain dari Indo Cina?” ujar Denny di buku tersebut menirukan Ritchie. Mungkin disitulah Denny Sabri makin bersikeras untuk membawa band idolanya ini menggelar tur ke Indonesia.

    8 November 1975 di Honolulu, Hawaii, Denny Sabri secara spontan diperkenalkan kepada ribuan penonton oleh David Coverdale yang berkata bahwa Deep Purple telah kedatangan “seorang tamu dari bagian lain surga. Selamat datang Denny Sabri, sang promotor!” Lampu sorot kemudian diarahkan kepada Sabri yang kebetulan sedang duduk di barisan depan. Aplaus penonton membahana yang segera disusul dengan bergemanya lagu “Burn.” Sebuah momen impian bagi penggemar band apapun telah menimpa dirinya. “Coba bayangkan, betapa bangganya saya!” tukas Denny di buku tersebut.

    Setelah mengontak promotor Peter Basuki dari Buena Ventura Group untuk bekerjasama dengan Majalah Aktuil guna mendatangkan Deep Purple, Denny Sabri intens membahas kedatangan mereka ke Jakarta dengan sang manajer. Disepakati untuk dua konser di Jakarta honor yang diberikan sebesar empat puluh delapan juta rupiah. Selain itu, Denny juga diwajibkan menanggung akomodasi serta transportasi udara kontingen Deep Purple dengan rute Sydney-Jakarta-Tokyo. Urusan tersebut beres, masalah lain menghadang. Kini giliran teknis produksi konser menjadi kendala. Di Indonesia pada saat itu fasilitas pendukung konser seperti panggung, sound system, lighting masih sangat terbatas. Apalagi ini kebutuhan pentas supergrup dunia. Sebagai sahabat Sabri akhirnya Payne bersedia mencarter pesawat khusus untuk menerbangkan kargo logistik Deep Purple langsung dari Kanada.

    Kabar kedatangan Deep Purple ke Indonesia yang gencar diberitakan Aktuil membuat sebagian besar anak muda tanah air terjangkit demam Deep Purple. Apalagi saat itu bersama Led Zeppelin dan Black Sabbath, mereka tengah merajai pentas rock dunia. Sebagai band pembuka konser supergrup rock dunia yang pertama di Indonesia Sabri lantas menunjuk God Bless. “Wah, buat kami surprise besar karena God Bless juga penggemar Deep Purple. Sebuah kehormatan bisa menjadi band pembuka Deep Purple, supergrup dunia saat itu,” ujar Donny Fattah Gagola, pemain bass God Bless ketika saya tanya tentang perasaannya saat itu. Untuk pertama kalinya pula dalam sejarah, band rock Indonesia dipercaya membuka konser supergrup dunia. Keputusan Denny Sabri memilih God Bless cukup beralasan. “Kami sedang naik daun di kalangan remaja saat itu, makanya Aktuil memilih band yang kebetulan aliran musiknya sama-sama hard rock,” cerita pendiri God Bless tersebut.

    Ketika datanglah berita bahwa Deep Purple akan datang ke Indonesia, bayangkan betapa histerisnya mereka saat itu. Grup band favorit remaja di dunia saat itu, datang ke Indonesia, beraksi di hadapan mata, siapa yang menyangka. Ini adalah kesempatan satu kali seumur hidup, menyaksikan grup band yg sedang berada di puncak karirnya memainkan langsung lagu lagu hits nya. Total diperkirakan jumlah penonton yang menyaksikan konser Deep Purple selama dua hari di Stadion Utama Senayan berjumlah 150.000 orang!. Rekor yang bahkan tak tertandingi oleh konser Mick Jagger [70.000] tahun 1988, Sepultura [50.000] di tahun 1992 dan Metallica [100.000] di tahun 1993. Yupz, sekali lagi ketika itu (1975) para personel Deep Purple sangat terkejut dengan respon penonton di Indonesia yang luar biasa. Total diperkirakan yang menonton dua hari konser Deep Purple ini 150.000 orang!. Konser-konser mereka sebelumnya di Australia yang menonton hanya sekitar 3000 orang.

 Flayer Promo Deep Purple Live in Senayan, Jakarata 1975  

    Konser yang dimaksud ini bukanlah pagelaran semacam festival yang menghadirkan banyak band dalam satu even, namun hanya satu band. Pada saat itu Indonesia bukan menjadi target promotor internasional untuk pemyelenggaraan pertunjukan, dibanding Jepang misalnya. Bahkan menurut promotor Deep Purple yg ditemui Denny Sabrie, wartawan majalah Aktuil saat itu, mereka tidak yakin dimana letak negara Indonesia. Konser ini tidak lepas dari peran majalah Aktuil dan Denny Sabrie sebagai wartawan dan koresponden luar negeri saat itu. Kemudian, datanglah waktu yang ditunggu tunggu oleh para penggemar DP di Indonesia. Dua hari konser di Istora Senayan Jakarta, 4 – 5 Des 1975. DP mendarat di bandara dengan sambutan gegap gempita dari fans nya, tidak kalah histeris dari fans Justin Bieber dan SUJU yg diburu fans nya tahun 2000an.

Sebelum konser dimulai, sebuah peringatan berkumandang agar orang-orang eropa yang menonton konser ini berkumpul di pinggir lapangan demi keamanan. Deep Purple mendarat dibandara Halim perdana kusuma, Jakarta pada 2 dember 1975 dari Australia. Ini merupakan kunjungan perdana Deep Purple dan satu-satunya di asia Tenggara. Konser diselenggarakan pada 4-5 Desember 1975, dua hari sebelum Indonesia menyerang atau meng-invasi Timor portugis. Konser Deep Purple hari pertama, 4 Desember 1975, dihadiri sekitar 75.000 penonton yang datang tak hanya dari Jakarta namun dari luar kota dan bahkan luar negeri, seperti, Malaysia, Singapure dan Filipina. Lapangan, tribun atas, tribun bawah dipenuhi lautan manusia. Penonton malah sampai menonton di atap stadion juga. Penonton antusias, terhanyut dalam irama yang membuat mereka menggila. Tata lampu, dry ice, dan pengaturan sound system yg berkelas konser dunia, tentunya pengalaman pertama untuk penonton musik rock di Indonesia. Total ada dua belas lagu dalam set list Deep Purple di hari pertama. Konser hari pertama ini berjalan mulus tanpa represi aparat kepolisian walau ribuan penonton tanpa tiket sempat merubuhkan pagar masuk stadion untuk bergabung dengan penonton lainnya. John Lord juga sempat melakukan solo keyboard dengan memasukkan lagu “Burung Kakaktua” dan “Padamu Negeri” di Show hari kedua. Denny Sabri-lah yang merekomendasikan dua lagu itu.


   

    Konser hari kedua, 5 desember 1975. Untuk dua malam membuka konser Deep Purple, God Bless dibayar 1,5 juta rupiah. Fee terbesar God Bless pada saat itu. God Bless membuka konser dihari kedua dan cuma main lima lagu, tiga puluh menit dan bareng supergrup lagi. Sebelumnya, selama sebulan mereka “dikarantina” di sebuah vila di daerah Gadog, Puncak untuk mempersiapkan segalanya. Pengamanan dari pihak kepolisian makin diperketat. Sekitar enam ribu polisi anti huru-hara diterjunkan untuk menjaga keamanan konser tersebut, adapula segerombolan polisi dibantu anjing-anjing Doberman berada tepat didepan panggung untuk berjaga-jaga. Pager jebol. Keamanan membiarkan saja orang-orang menerobos. Ada banyak petugas keamanan bersenjata api di setiap sudut dan mereka sibuk menertibkan para penonton, tapi agaknya tidak ada pengamanan yang terorganisir dari polisi. Konon ulah beberapa penonton nyaris saja menimbulkan keributan diantara mereka. Ulah penonton di tribun yang mengencingi penonton di bawahnya, nyaris berujung keributan. Polisi anti huru hara dipersiapkan dan membuat lokasi konser seperti zona perang. Ratusan penonton yang sedang berjoget mengikuti musik tampak sibuk menghindari dari terkaman anjing-anjing yang mulai mengamuk. Sebuah pemandangan konser yang tidak manusiawi sebenarnya. Bahkan jika ada penonton yang “berdansa kerasukan” (moshing atau headbang or sejenisnya), maka para polisi itu tidak segan-segan untuk menedang dan memukul orang tersebut. Setiap kali ada kerumunan penonton yang berjoget para polisi itu langsung menghajar mereka, bahkan sempat ada peristiwa mengerikan ketika seekor Doberman besar milik polisi dengan buasnya menggigit lengan seorang anak kecil. Aparat keamanan makin menggila.


Romobongan Deep Purple Sendiri berjumlah 36 orang yang ditempatkan di dua hotel sekaligus. Para kru menginap di Hotel Sahid Jaya sementara manager dan personill ditempatkan di hotel Mandarin.. Untuk dua konser di Jakarta honor yang diberikan kepada Deep Purple sebesar 48 juta rupiah. Tak hanya God Bless, tapi band-band Indonesia saat itu masih belum paham fungsi stage monitor, sound system bahakan Mixer. Ketika melihat tata lampu yang hebat dan asap dry ice semua orang terbengong-bengong. Memang belum ada jaman itu. Selain mempelajari teknis produksi, musisi local kita untuk pertama kalinya mengenal konsep manajerial badn dari Deep Purple. Mulai dari fungsi personal Manajer hingga account management. Kedatangan Deep Purple bagai sebuah revolusi yang membuka mata band-band Indoensia.Setelah konser berakhir, God Bless sempat diajak ke kamar mereka di hotel Mandarin. Malamnya rombongan Deep Purple dan God Bless menggelar after show party di Diskotik Tanamur. Kami ngobrol dan minum-minum hingga pagi. Semua personil Deep Purple walau menyandang status superstar namun tetap ramah terhadap orang yang baru mereka jumpai.

    Deep Purple dihari kedua bermain lebih pendek dari yang dijadwalkan. Mereka tampak ketakutan mengingat kondisi dalam stadion yang makin mencekam. Konser Deep Purple tahun 2002 dan 2004 tidak semegah tahun 1975. Konser awal millenium itu kabarnya atas permintaan Deep Purple sendiri, rasanya Jakarta (Indonesia) memiliki kisah tersendiri bagi mereka. Deep Purple adalah band rock pertama yang konser di Indonesia, baik itu dari benua Eropa, Amerika, bahkan dari belahan dunia lainnya. Konser hari pertama, 04-12-1975 di Jakarta ini, oleh Deep Purple di jadikan Bootleg “Jakarta Oh My Mind”. Sepanjang sejarah konser musik rock di Indonesia, ternyata jumlah penonton yang paling banyak dan belum ada yang menandinginya hingga kini adalah band asal Inggris, yakni Deep Purple. Terkait dengan itu, berikut fakta mengapa Deep Purple mampu di beri predikat sebagai Konser Rock Terbesar dalam Sejarah Indonesia dan berbagai kisah menarik lainnya.



Deep Purple - 'Soldier of Fortune' (From 'Jakarta On My Mind' Bootleg)




Source : Majalah Rolling Stones Indonesia edisi Jan 2007 & Berbagai Sumber

6 komentar:

  1. Ulasan yang sangat menarik.Begitu detil karena saya hanya bisa menikmati konser deep purple th. 1975 lewat kaset audio biasa.Usia saya pada waktu itu masih 10 tahun. Terima Kasih postingannya

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Hahaha... Coba kita tanya Glenn Hughes & Ian Paice, apa pendapat mereka tentang Alm. Denny Sabri setelah konser Jakarta itu... Gak usah deh, tanya aja pendapat mereka tentang kenangan di Jakarta. Jawabannya pasti serempak: Disaster. Nightmare. Catastrophe.

    Mereka ditipu habis2an gan di Jakarta. Mereka dijebak, diintimidasi, diperas... Deal nya sebenarnya mereka main hanya satu hari, di arena untuk 20.000 orang. Setelah sampe Jakarta mereka kaget, ternyata mereka harus main 2 hari, di Senayan, di depan lebih dari 100.000 orang. Dengan bayaran sesuai deal pertama.

    Setelah mereka main hari pertama, tragedi menimpa kru security DP yang juga bodyguard Glenn Hughes, Patsy Collins, Dia meninggal secara tidak wajar setelah jatuh di lubang ventilasi dari lantai 6 hotel Sahid Jaya. Dan anehnya, Glenn Hughes dan road manager DP, Rob Cooksy, dianggap bertanggung jawab atas kematian Collins. Maka masuk penjara lah mereka. Akhirnya DP dipaksa manggung lagi besok harinya.

    Konon katanya malam itu Glenn Hughes dianter keluar dari penjara ke Senayan dalam todongan senjata api. Habis manggung balik lagi dia ke penjara.

    Untung gak kapok mereka maen lagi di Jakarta.

    Anyway, nice post gan. Ane cuma coba melengkapi dari sudut pandang yang berbeda.

    ReplyDelete
  4. Infonya bermanfaat sekali, terimakasih sudah sharing.
    Oh ya, sekedar informasi tambahan, bagi yang membutuhkan Sewa AC Bali untuk keperluan berbagai macam event seperti pesta ultah, pernikahan, pameran, dll. Bisa menghubungi kami Arthur Teknik.

    Untuk baca artikel-artikel terbaru dari kami bisa cek di sini : http://blog.arthurteknik.com/

    ReplyDelete