Max Cavalera, seorang lirikis, pencipta lagu, vokalis sekaligus musisi asal Brazil yang telah melahirkan sekaligus membesarkan band-band metal papan atas sedunia; Sepultura, Nailbomb, Soulfly dan Cavelera Conspiracy. Thrash metal atau death metal adalah aliran musik yang dianut Max Cavalera. Musik metal memiliki kreasi, variasi dan nilai seni yang lain daripada yang lain. Meskipun di telinga sekelompok orang musik metal dipandang terlalu ekstrim dan acapkali menciptakan kebiadaban secara sistematis, namun bagi para pecandunya, musik metal adalah musik yang selalu mengukuhkan kepercayaan diri dan optimisme.
Sebetulnya sih relatif, mungkin saja terdapat sejumlah pecinta metal yang status otaknya stress, tapi bagi para peminat berakal sehat, musik metal dapat menggugah motivasi secara efektif meskipun berlirik dan berciri khas tak layak di mata dan telinga orang lain.
Brazil di pertengahan tahun 1984, setelah hampir 20 tahun negara itu dipimpin oleh diktator militer, musik rock masih dianggap tabu oleh sebagian orang yang duduk di pemerintahan. Apalagi musik yang dimainkan jenis heavy metal dan punk, sangat-sangat tidak bisa diterima pemerintahan Brazil saat itu. Memainkan musik heavy metal dan punk sudah dianggap tindakan subversif. Nah, dari kawasan kumuh Belo Horizonte, kota terbesar ketiga di Brazil, muncullah Max Cavalera mendobrak aturan-aturan primitif itu. Dengan peralatan seadanya ia memainkan lagu-lagu Iron Maiden, Metallica dan Slayer. Selang beberapa waktu kemudian, Max Cavalera akhirnya memainkan sound death metal dan mendirikan sebuah band. “Sepultura”, nama itulah yang akhirnya terpakai. Sepultura dalam bahasa portugis artinya “kuburan”. Voice Max Cavalera memang betul-betul underground abis.
Amat serasi dengan jenis musik yang ia mainkan (thrash/death metal). Yang membuat kagum adalah, disamping kebolehannya bermain musik dan bernyanyi dengan tingkat kekerasan tertinggi, Max juga merupakan seseorang yang sosialis dan realistis. Amat jelas terlihat dalam lirik-liriknya. Max juga inspiratif, imajinatif, inovatif, pemberani, penuh percaya diri dan produktif sampai akhirnya Sepultura sudah disejajarkan dengan band-band underground di Brazil saat itu. Tidak disangka album pertama Sepultura “Bestial Devastation” (1985) direspon sangat baik oleh pecinta musik metal di Brazil. Setelah wara-wiri di panggung musik lokal, pada tahun 1986 Max masuk studio lagi untuk merekam album baru. Dengan waktu dan uang yang cekak, album itupun akhirnya kelar. Bulan Agustus 1986 album “Morbid Visions” dirilis. Album kedua ini menjadi tonggak awal keberhasilan Sepultura dan mendapat pujian dari kritikus musik dan pecinta musik metal di Brazil. Untuk membuat karir bermusik lebih maju, Max akhirnya memutuskan untuk pindah ke Sao Paulo. Saat itu gitaris Jairo T. keluar dari Sepultura digantikan oleh Andreas Kisser, seorang gitaris asal Sao Paulo yang
mempunyai kemampuan skill yang bagus. Andreas Kisser lah yang membawa Sepultura ke level bermusik yang lebih berat. Pada tahun 1987, album “Schizophrenia” dirilis, tapi karena kurangnya promosi, album ketiga inipun tidak begitu mendapat respon dari kritikus dan pecinta metal. Di tahun yang sama, Sepultura memutuskan kontrak dengan Cogumelo Records, merasa albumnya perlu untuk mendunia, Sepultura melakukan lompatan besar dengan membuat deal kontrak dengan Roadrunner Records. Tahun 1989, album “Beneath The Remains” dirilis. Album ini ditangani oleh ahlinya sound metal, Scott Burns. Album keempat ini membawa Sepultura ke level yang lebih tinggi. Mereka pun melakukan tour konser keliling Eropa dan Amerika. Dengan penampilan panggung yang garang membuat mereka menjadi salah satu band metal paling berpengaruh di tahun awal 90-an. Lagu “Inner Self” dari album Beneath The Remains menjadi video klip pertama Sepultura. Sepultura mengakhiri tour panjang mereka di tanah kelahirannya dan mereka disambut bak pahlawan. Setelah mendapatkan manajemen baru, Sepultura memutuskan untuk pindah ke Phoenix, Arizona. Tahun 1991 album “Arise” dirilis. Dengan hit single “Dead Embryonic Cells”. Album kelima ini direkam di Morrisound Studios, masih dengan Scott Burns sebagai produsernya. Klip Dead Embryonic Cells diputar di MTV Amerika dan mendapatkan respon yang baik. Album Arise meledak di seluruh dunia, penghargaan platinum menjadi milik mereka seiring dengan dilakukan tour keliling dunia. Saat tour dunia inilah Max Cavalera menikah dengan Gloria Bujnowski, cewek ini adalah manager band Sepultura yang umurnya dua kali lebih tua dari Max. Namanya juga cinta, apa saja juga diterkam!.Setelah sukses album Arise, pihak label Roadrunner melakukan negoisasi dengan Epic Records, menjadi rekaman untuk distribusi album-album Sepultura berikutnya. Tahun 1993, album “Chaos A.D.” dirilis, mengangkat tema isu-isu sosial yang sedang berkecamuk di Brazil, lagu “Territory” dan “Refuse/Resist” menjadi hit single di album keenam ini. Dengan musik yang lebih berat dan sedikit terinfluence dengan punk dan hardcore, menjadikan album Chaos A.D. sebagai sukses kedua mereka di blantika musik metal. Sebelum memulai project yang lebih ambisius lagi, mereka memutuskan untuk rehat dalam beberapa bulan setelah melakukan tour panjang keliling dunia. Tahun 1996, album “Roots” dirilis. Di album ini, Max masih mengangkat lirik dengan tema-tema sosial politik. Max mulai mencari bentuk-bentuk kreativitas yang baru dalam mengolah sound. Di album ini Max mulai bereksperimen dengan memasukkan instrumen-instrumen musik lokal Brazil. Instrumen perkusi yang cukup dominan semisal “Roots Bloody Roots” dan “Ratamahatta” menjadikan album ketujuh ini cukup unik. Dengan stem-an gitar yang down-tuned, membuat karakater sound di album Roots menjadi lebih berat. Album Roots menjadikan Sepultura di puncak popularitas. Di saat popularitas mereka yang semakin tinggi, dengan jutaan fans yang tersebar di seluruh dunia, tidak bisa membuat hubungan antar personel Sepultura menjadi kian solid. Di antara mereka sudah terjadi perbedaan-perbedaan visi dalam bermusik. Dan puncaknya adalah ketika mereka akan tampil di “Monsters of Rock Festival” di London Inggris. Beberapa jam sebelum tampil, mereka mendapat kabar bahwa putra dari Gloria Bujnowski meninggal karena mobil yang dikendarainya mengalami kecelakaan.
Sepultura pun tampil bertiga di acara itu karena Max dan Gloria segera pulang ke Amerika. Selang beberapa bulan kemudian anggota band memaksa Max untuk mencari manajemen baru. Penyembuhan trauma pasca kematian putra Gloria membuat jadwal tour mereka jadi terbengkalai. Merasa anggota band tidak berempati atas kejadian itu, membuat Max marah dan murka. Akhirnya Max memutuskan untuk keluar dari Sepultura meskipun saudara kandungnya, Igor Cavalera masih tetap nge-drum di dalamnya. Max merasa dikhianati. Fans Sepultura di seluruh dunia kecewa dengan kejadian itu dan meminta Sepultura dibubarkan saja. Karena mereka menggangap Max adalah rohnya Sepultura. Sepultura tanpa Max, bukan Sepultura !!! Setelah meninggalkan Sepultura, babak baru bermusik Max pun dimulai. Max mulai membuat proyek-proyek kecil untuk menyalurkan kekecewaannya. “Nailbomb” adalah proyek Max setelah keluar dari Sepultura. Band Nailbomb sebetulnya telah berdiri sejak awal 90-an, namun Max mulai merawatnya dengan serius selepas meninggalkan Sepultura. Tampilan visual cover album pertama Nailbomb “Point Blank” (1994) cukup menarik perhatian, dengan visualisasi wanita tua Vietnam yang ditodong senjata AK-47. Sayang, album ini tidak begitu meledak di pasaran, begitu juga dengan album keduanya “Proud To Commit Comercial Suicide” (1995). Dengan penuh keberanian, percaya diri dan optimisme, Max pun akhirnya nekad membentuk band baru lagi dengan nama “Soulfly” yang artinya kurang lebih “jiwa melayang”!. Walhasil, Max Cavalera masih tegar dan makin sangar. Melalui band Soulfly-nya, ia merilis 8 album yang tak kalah hebatnya dengan 7 album yang telah dirilisnya semasa di Sepultura. Delapan album Soulfly itu adalah: “Soulfly” pada tahun 1998, “Primitive” pada tahun 2000, “Soulfly 3? pada tahun 2002, “Prophecy” pada tahun 2004, “Dark Ages” pada tahun 2005, “Conquer” pada tahun 2008, dan “Omen” pada tahun 2010. Sungguh, produktifitas yang luar biasa. Meskipun tampak monoton di telinga sebagian orang, warna dan gaya permainan musik Soulfly jauh lebih liberal dan variatif dibanding Sepultura dan Nailbomb. Kreatifitas dan produktifitas Max semakin jelas ketika ia dan kedua saudaranya; Igor Cavalera (drummer Sepultura) dan Richie Cavalera (vokalis Incite) merampungkan proyek yang diberi label “Cavalera Conspiracy”. Ini adalah reunian Max, Igor dan Richie yang pertama di studio recording. Album pertama band yang masih mengusung thrash metal ini diberi nama “Inflikted” yang dirilis tahun 2008. Album keduanya diberi nama “Blunt Force Trauma”. Cavalera Conspiracy diproduseri oleh Monte Conner dari label Roadrunner Record. Kitapun agaknya dibuat merinding dengan pendapat Conner tentang Max dan Igor: “Saat dua bersaudara ini main musik bersama, rasanya seperti tujuh planet berada dalam satu garis”. Conner juga menambahkan, permainan Igor masih selalu on fire, dan Max juga masih memiliki voice yang khas dan masih powerful. Jadi, bagi para pecinta metal, kiranya album Cavalera Conspiracy – Inflikted (2008) sangat patut untuk dinikmati. Itulah kurang lebih petualangan Max Cavalera dalam memperjuangan musik metal melalui band-band gagasannya maupun lagu-lagu ciptaannya.
Max Cavalera adalah penyanyi, pencipta lagu sekaligus musisi (gitaris) beraliran sangat keras yang luar biasa dan paling berpengaruh di dunia musik bawah tanah. Patut dikagumi dan dibanggakan, meskipun asal Brazil, namun karir serta gaungnya meledak dahsyat di Amerika dan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Milikilah album-album Sepultura, Nailbomb, Soulfly dan Cavalera Conspiracy.
0 komentar:
Post a Comment