Jika mendengar nama Kapital mungkin sudah tak asing di telinga pencinta aliran musik metal di Kaltim, bahkan di Indonesia. Band asal Tenggarong yang terbentuk sejak 2010 dan sempat populer dengan nama The Pistols itu, sudah menciptakan tiga album dan kerap tampil di berbagai pergelaran musik cadas bergengsi di Indonesia. Bahkan, dalam waktu dekat, band ini akan merilis album keempat mereka, “Symphony Kegelapan”.
Kapital Band
“Masing-masing punya kesibukan, beberapa juga sudah berkeluarga. Untungnya, semua anggota Kapital sudah saling kenal sejak masa sekolah. Jadi, untuk mendapatkan chemistry memang tak perlu harus ketemu setiap hari,” ujar Dhanny, sang gitaris.
Bahkan, band ini pernah mendapat pengalaman unik sekaligus menegangkan saat harus menyelesaikan album dalam waktu satu minggu. “Waktu itu promotor sudah terlanjur menyiarkan rencana launching album Reinkarnasi, padahal lagunya baru satu. Jadi, kami selesaikan sisanya hanya dalam satu minggu,” ucap Kapital.
Dia menyebut, jika menemukan ide baru terkait lirik lagu ataupun aransemen, para personel band yang sempat memakai nama Bleeding Sunday pada 2004 itu tinggal mencocokkannya dengan anggota lainnya. “Kami hanya kumpul intensif ketika latihan untuk tampil atau akan rekaman,” lanjut pria asli Samarinda itu.
Kendati beraliran metal, saat masih memakai nama The Pistols, band ini lebih banyak membuat lagu-lagu beraliran pop-rock. “Kami sudah coba banyak aliran. Sekarang dan seterusnya saya rasa Kapital sudah mantap dengan konsep musik metal, khususnya heavy metal,” ujar pria 29 tahun itu. Nama Kapital baru mereka pakai sejak 2010 lalu, bersamaan dengan rilisan album yang kedua mereka yaitu “Metalmorphosis”.
Cover Album 'Metalmorphosis'
“Untungnya kami punya studio sendiri. Itu memudahkan kami merekam nada melodi ataupun aransemen, lalu mengirimnya ke anggota lain. Walaupun tidak semua anggota sedang berada di Samarinda,” papar Dhanny.
Band yang kini beranggotakan Akbar (vokal), Dhanny (gitar), Gerhard (gitar), Beng (bass), dan Ivan (drum), sudah beberapa kali berganti nama maupun formasi personel. “Saya sendiri pernah rehat untuk menyelesaikan kuliah, dan baru kembali nge-band pada 2010,” ucap Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Mulawarman itu.
Terbaru, band ini merekrut Gerhard sang gitaris menggantikan David Haka yang hengkang pada 2012 lalu, bertepatan dengan peluncuran album ketiga mereka “Reinkarnasi”. “Dia ingin fokus ke band-nya yang lain,” sambung Dhanny.
Cover Album 'Reinkarnasi'
Kendati tak lagi bergabung dalam satu band, dia menyebut, komunikasinya dengan David, khususnya di bidang musik, tetap berjalan baik. “Bahkan dalam lagu Konsepsi Imajinasi di album Symphony Kegelapan, David turut berkolaborasi dengan Kapital,” jelasnya. Sekadar informasi, album 'Symphony Kegelapan' merupakan album terbaru Kapital yang segera rilis tahun ini.
Album Kapital terdahulu, “Metalmorphosis” menjadi album band metal terlaris untuk band metal asal Kaltim. Dalam waktu kurang dari satu minggu sejak diluncurkan, album ini terjual hampir seribu copy.
“Sistem Munafik” merupakan lagu pertama dari album ini yang mampu “membakar” dan membuat metalhead (penggemar musik metal) larut dalam setiap penampilan Kapital. “Itu tanda, bahwa pilihan kami menganut aliran heavy metal adalah tepat. Musik ini masih diterima pecintanya, bahkan hingga kini,” imbuh Dhanny.
Lebih istimewa, band ini sempat melawat ke Eropa untuk membuat video klip single kedua mereka, “Tak Bernyawa”.
Untuk perjalanan panggung, terakhir band yang bermarkas di Distorsi Rockaholic Company, Tenggarong itu turut tampil sebagai band pembuka dalm konser band metal asal Jerman Helloween, pada pegelaran Kukar Rock’in Fest belum lama ini. “Kami juga hampir tak pernah absen tampil dalam beberapa festival nasional, seperti “Bandung Berisik” dan “Hammer Sonic” di Jakarta,” tambahnya.
Menjadikan aliran metal sebagai pilihan bermusik memerlukan dorongan besar dari hati pelakunya. Dengan konsistensi dan idealisme yang kuat, Kapital berhasil membuktikan bahwa musik ini dapat diterima banyak kalangan. Maklum, musik cadas bukanlah santapan utama kebanyakan pecinta musik Indonesia, termasuk di Kaltim.
Meskipun sempat merilis album bergenre pop-rock saat masih bernama The Pistols¸ para personel Kapital mengaku bahwa musik metal merupakan aliran asli mereka. Gitaris Kapital Dhanny mengatakan, band yang baru resmi memakai nama Kapital pada 2010 itu hanya bertahan satu tahun bergelut di musik yang bukan aliran mereka. Selera musik yang tak berhenti berotasi dari generasi ke generasi, kata dia, juga membuat idealisme bermusik sulit bertahan, bahkan dalam diri para pemusik.
“Pada 2003 kami memang merilis album bergenre pop-rock, saat masih memakai nama The Pistols,” ujarnya. Dia mengaku, lagu-lagu pop-rock yang mereka mainkan hanyalah sebagian dari karya mereka yang sebenarnya didominasi lagu-lagu metal. “Selain itu, kami semua sudah menyepakati bahwa kemampuan kami adalah pada musik metal,” tambahnya.
Di setiap album yang mereka buat selanjutnya (setelah bernama Bleeding Sunday dan Kapital), band yang booming hingga level nasional dengan single 'Tak Bernyawa' dan 'Sistem Munafik' itu, selalu menyisipkan lagu yang sedikit santai.
“Paling tidak, pasti ada satu lagu. Kalau bukan lagu non-metal, biasanya lagu metal yang kami aransemen dalam versi akustik,” jelas pria yang kini bekerja sebagai staf di Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kaltim itu.
Sementara itu, gitaris lainnya Gerhard mengatakan, konsep tersebut merupakan salah satu cara menarik pecinta musik yang masih asing dengan aliran musik mereka. “Kalau mereka sudah suka satu, biasanya tertarik mendengar lagu lain,” ujarnya.
Musisi yang baru bergabung dengan Kapital pada 2012 lalu itu menambahkan, pada lagu-lagu mereka yang beraliran metal pun, terdapat bagian tertentu yang easy listening. “Biasanya di bagian reff-nya. Saat konser, bagian inilah yang paling menarik untuk mengundang penonton untuk bernyanyi bareng,” sambung mahasiswa semester akhir di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Unmul itu.
Sejak murni beraliran metal pada 2004 lalu, album-album band asal Tenggarong itu selalu didominasi lagu dengan lirik kritis. Sebut saja Revolusi dan Terjajah saat masih bernama Bleeding Sunday. Ada lagi 'Sistem Munafik pada album 'Metalmorphosis', serta 'Kemiskinan yang Membunuh' pada album 'Reinkarnasi'.
Mengenai kiprah musik metal dan para metalhead di Kaltim, kembali Dhanny memberikan pandangannya. Menurut pria berjanggut itu, musik ini sebenarnya memiliki banyak penggemar. “Sayangnya, mereka kurang solid. Karena dalam aliran ini, terdapat beberapa sub-genre. kebanyakan dari mereka menganggap perbedaan tersebut membuat mereka tak sealiran,” katanya.
Padahal, kata dia, jika bersatu dan kompak, musik metal akan lebih mudah diterima di masyarakat. “Kelak, akan benar-benar terbukti bahwa musik ini bisa dinikmati semua orang,” katanya.
Meskipun memiliki hasrat membesarkan musik metal di Benua Etam, dia menyebut uang bukanlah obsesi utamanya. “Selain kami masing-masing sudah punya pekerjaan tetap, kami juga sadar sekarang bukan waktu yang tepat untuk menjadikan bermain musik metal sebagai mata pencaharian,” paparnya. Masih dominannya aliran musik lain di Tanah Air, disebut Dhanny sebagai perimbangan lainnya. “Kami lebih tertarik untuk konsisten di musik metal. Yang penting kami bisa menikmati aktivitas bermusik kami,” pungkasnya.
http://www.kaltimpost.co.id/
0 komentar:
Post a Comment